Kata Pengantar
Puji
syukur Kehadirat Allah SWT atas segala hidayah dan rahmat-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah tentang proses penciptaan manusia, dengan baik
sekaligus penulis dapat menyusun makalah ini sebagai kewajiban siswa untuk
menyelesaikan tugas dari guru.
Dengan
diberikannya tugas ini, penulis dapat menambah wawasan dan pengalaman. Makalah
ini merupakan bukti tertulis bahwa penulis telah menyelesaikan tugas yang
bapak/ibu guru berikan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing dan
memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Dengan
terselesaikannya makalah ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1.
Bapak H.
MARZUKI s.Ag m.Pd, selaku Kepala Sekolah di MTsN 1 TINAMBUNG.
2.
Bapak /
ibu guru Selaku guru bidang studi AGAMA.
3.
Bapak/Ibu
guru, Adik-adik kelas penulis yang telah memberi dorongan material maupun
spiritual, Keluarga dan Saudara-saudara penulis, serta semua pihak yang telah
banyak membantu dalam pembuatan makalah ini yang tidak penulis sebutkan.
Dalam
menyusun makalah ini penulis telah berusaha secara maksimal, tapi penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, namun hal tersebut menutup
kemungkinan adanya kelebihan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan.
Penulis berharap makalah proses
penciptaan manusia ini akan memberi manfaat bagi pembaca dan generasi baru yang
nantinya akan diberi tugas oleh bapak/ibu guru, sehingga mereka tidak kaku
dalam menyelesaikannya.
Tinambung, 10 oktober 2012
Penyusun
Kel.
DAFTAR ISI
SAMPUL………………………………………………………………………………………………….. 1
KATA PENGANTAR
………………………….……………………………………………………... 2
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………………... 4 BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….………… 5
A.
LATAR BELAKANG
MASALAH………………………………………………….…….. 5
B.
RUMUSAN
MASALAH……………………………………………………………………... 6
C.
TUJUAN ……………………………..………………………………………………………….. 6
BAB II PEMBAHSAN……………………………………………………………………………….. 7
A.
PROSES
PENCIPTAAN MANUSIA………………………………...………………………..….. 7
B.
HADIST
TENTANG PENCIPTAAN MANUSIA ……………………………………
11
C. PROSES TERJADINYA MANUSIA SECARA ILMIAH BERSUMBER
DARI AL-QUR’AN …………………………………………………..…………………………………........
13
BAB
III…………………………………………………………………………………………………....
19
A.
KESIMPULAN…………………………………………………………………………........... 19
B.
SARAN…………………………………………………………………………………………...
20
BAB
IV…………………………………………………………………………………………...………..
21
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...………………...
21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur`an sebagai pendoman hidup
manusia. Ayat-ayat dalam al-Qur`an sudah menjelaskan tentang segala sesuatu di
muka bumi ini, termasuk mengenai proses penciptaan manusia. Bagaimana seorang
manusia dapat tercipta di dunia ini sebagai makhluk yang paling mulia di bumi.
Ada ayat-ayat yang menyatakan bahwa
manusia diciptakan dari tanah, ada pula ayat-ayat yang menjelaskan bahwa
manusia diciptakan dari tanah liat, tembikar, Lumpur, sari pati tanah, sari
pati air yang hina, air yang tertumpah, dan mani yang dipancarkan. Untuk lebih
mengetahui mengenai hal tersebut maka dengan judul Penciptaan manusia kami
paparkan bagaima penciptaan manusia.
Al-Qur`an
sebagai pendoman hidup manusia. Ayat-ayat dalam al-Qur`an sudah menjelaskan
tentang segala sesuatu di muka bumi ini, termasuk mengenai proses penciptaan
manusia. Bagaimana seorang manusia dapat tercipta di dunia ini sebagai makhluk
yang paling mulia di bumi.
Ada
orientalis yan bingung berhadapan dengan sejumlah rumusan yang berbeda-beda
menyangkut penciptaan manusia di dalam al-Qur`an. Ada ayat-ayat yang menyatakan
bahwa manusia diciptakan dari tanah, ada pula ayat-ayat yang menjelaskan bahwa
manusia diciptakan dari tanah liat, tembikar, Lumpur, sari pati tanah, sari
pati air yang hina, air yang tertumpah, dan mani yang dipancarkan.
Melihat
perbedaan itu, orientalis tersebut kemudian menuduh bahwa al-Qur`an tidak
konsisten atau kacau. Lagi pula pesan-pesan itu diulang-ulang di banyak
kesempatan. Bahwa manusia diciptakan dari tanah diulang-ulang di enam
kesempatan, dari tanah liat di tujuh kesempatan,d ari tembiar di empat
kesempatan, dan dari sari pati air yang hina, air yang tertumpah, dan mani yang
dipancarkan masing-masing disebutkan satu kali.
Untuk
merespons asumsi-asumsi orientalis seperti di atas, seyogyanya semua ayat yang
berhubungan dengan proses penciptaan manusia mesti dikaji.
B. Rumusan
Masalah
Ayat-ayat
apa saja yang di dalam al-Qur`an yang menjelaskan mengenai proses penciptaan
manusia di muka bumi ini?
Adapun rumusan masalah dalam makalah
ini adalah mengacu kepada bagaimana penciptaan manusia di muka bumi.
C.
Tujuan
Untuk
memperjelas bahwa proses penciptaan manusia sudah tertera secara jelas di dalam
al-Qur`an sebagai pedoman hidup. Dan menunjukkan ayat-ayat yang menjelaskan mengenai
hal tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PROSES
PENCIPTAAN MANUSIA
Bila diamati secara mendalam, dapat disimpulkan bahwa
manusia berasal dari dua jenis, yaitu dari benda padat dan dari benda cair.
Benda padat berbentuk tanah (turab), tanah liat (tin), dan
tembikar (salsal); benda cari berbentuk air dan mani. Agar lebih jelas,
sebaiknya ditinjau satu demi satu.
Ayat pertama dalam urutan surat-surat al-Qur`an tentang
penciptaan manusia dari tanah terdapat di dalam surat Ali `Imran /3:59.
di situ Allah menyatakan kepada Nabi Muhammad Saw. Bahwa proses penciptaan Nabi
Isa As. Mirip dengan penciptaan Nabi Adam As. Jika Nabi Adam diciptakan dari
tanah, begitu pulalah Nabi Isa. Memang dalam diri Nabi Isa terdapat unsure dari
ibunya, berupa sel telur. Tetapi, sel telur itu sendiri berasal dari darah,
darah dari makanan, dan makanan tumbuh dari tanah. Maka, Nabi Isa juga berasal
dari tanah.
Hanya saja, memang masih terdapat perbedan. Perbedaannya
adalah bahwa Nabi Adam langsung diciptakan dari tanah, sedangkan Nabi Isa
melewati sel telur ibunya. Bila diukur dengan kaca mata manusia, penciptaan
Nabi Isa sebenarnya jauh lebih mudah dari pada penciptaan Nabi Adam. Sebab,
yang pertama diproses dari unsur (sel telur) yang secara alami menghasilkan
manusia, sedangkan yang kedua diciptakan mulai dari awal dari bahan (tanah)
yang tidak biasa menghasilkan manusia. Di sini Allah seakan-akan hendak
mengisyaratkan bahwa adalah aneh jika Nabi Isa dipertuhankan. Karena, jika
dipandang dari segi keajaiban penciptaan, Nabi Adam jauh lebih pantas untuk
dipertuhankan.
Ayat kedua dalam urutan itu adalah surat al-Kahf/18:37.
Bila pada ayat di atas Allah mengajarkan kepada Nabi Muhammad, pada ayat ini
Allah meminta beliau agar menceritakan kepada kaum Muslimin tentang kisah seorang
yang sombong, pemilik pertanian yang hasilnya melimpah ruah. Orang tersebut
telah ditegur oleh kawannya dan diingatkan bahwa ia diciptakan dari tanah dan
pasti akan kembali kepada-Nya, tetapi ia terus saja mebangkang. Dia baru sadar
setelah seluruh kekayaannya sirna. Konteks penciptaan manusia dari tanah dalam
kisah ini jelas sekali berbeda dengan konteks penciptaan Nabi Isa di atas.
Ayat berikutnya adalah surat al-Hajj/22:5. Di situ,
Allah menyapa manusia dan menerangkan bahwa mereka diciptakan dari tanah,
kemudian berproses dari zigot sampai janin, yang dikatakan ada yang sempurna
dan ada pula yang tidak sempurna. Lalu manusia lahir, menjadi kanak-kanak, dan
dewasa. Ada yang kemudian meninggal, dan ada pula yang diberi usia lanjut.
Demikianlah, Allah menggambarkan kekuasaan-Nya. Dari sini terlihat jelas adanya
perbedaan objek sapaan antara ayat di atas dan ayat ini. Bila pada ayat di atas
yang disapa hanyalah orang-seorang, maka pada ayat ini yang disapa adalah
seluruh manusia. Dan bila ayat di atas hanya menegaskan penciptaaan manusia
secara sekilat, ayat ini melukiskan proses penciptaan itu secara spektakuler
sejak mulai hidup hingga mati. Dengan demikian, terdapat peningkatan objek dan
proses sapaan.
Setelah proses penciptaan yang spektakuler diterangkan, pada
ayat berikutnya (QS. al-Rum/30:20), Allah menegaskan bahwa hal itu
merupakan bukit atas kekuasaan-Nya. Dalam surat Fathir/ 35:11, di
samping kembali disebutkan tentang penciptaan manusia dari tanah, disebut pula
tentang kedudukan istri dan fungsinya, mulai dari mengandung sampai melahirkan,
serta tentang usia manusia. Dalam al-Mu`min/ 40:67, diulang lagi
informasi tentang penciptaan manusia dari tanah, yaitu sperma dan ovum, kemudia
berproses menjadi zigot, janin, dan seterusnya keluar menjadi bayi, dewasa, dan
tua. Dengan catatan, bahwa ada yang wafat sebelum mencapai ketuaan, dan ada
pula yang berumur panjang sampai usia lanjut.
Surat al-Hajj/22:5 menyebut adanya manusia tua bangka
yang sudah berubah kodratnya begitu rupa sehingga tidak mengenal apa-apa lagi
atau pikun. Pada ayat yang khusus menyapa orang mukmin, ketuaan itu digambarkan
dengan kata syaikh.
Dengan membandingkan perbedaan isi pesan dalam kedua ayat
tersbut, terpampang adanya suatu isyarat tentang perbedaan pengalaman atau
nasib manusia. Bahwa pada manusia umum atau biasa, pertumbuhan janin bisa
kurang sempurna dan akan pikun di hari tua; tetapi, pada manusia muslim sejati
hal itu tidak akan terjadi, bahkan sebaliknya mereka akan menjadi
manusia-manusia terhormat.
Demikianlah ayat-ayat mengenai turab.Pertama-tama
disebutkan dalam surat Ali `Imran/ 3:59 yang berbicara mengenai Nabi
Adam, selanjutnya mengenai manusia dalam surat al-Kahfi/ 18:37, al-Hajj/
22:5, al-Rum/ 30:20, Fathir/ 35:11, dan al-Mu`min/ 40:67.
Selanjutnya mengenai pengulangan kata tin. Menurut al-Asfahani,
kata tin bermakna tanah yang sudah bercampur air. Terjemah yang lebih
tepat adalah tanah basah. Kata itu ditemukan pertama kali dalam surat al-An`am/
6:2 yang berbunyi :
Dialah
yang menciptakan kalian dari tanah basah, kemudian menetapkan ajal kalian.
Selanjutnya surat al-A`raf/ 7:12 menceritakan uraian
Iblis tentang alasan mengapa ia tidak mau bersujud pada Adam, dengan mengatakan
:
Kau
ciptakan aku dari api, sedangkan ia Kau ciptakan dari tanah basah.
Dalam
surat al-Mu`minun/ 23:12-14, lukisan tentang kejadian manusia pada
umumnya diterangkan secara lebih panjang dan terinci. Dinyatakan bahwa manusia
diciptakan dari sari pati (extract) tanah basah, yaitu sperma dan ovum, lalu
menjadi zigot yang ditempatkan di tempat yang kokoh. Berproses lagi menjadi embrio,
fetus, dan janin. Sebuah proses yang diakui dalam ilmu embriologi.
Ayat ini merupakan penjelasan ayat yang diterangkan pertama di atas, yaitu al-An`am/
6:2.
Dalam surat al-Sajadah/ 32:7 diterangkan bahwa Allah pertama
kali menciptakan manusia dari tanah basah, yang berarti bahwa yang dimaksud
adalah Nabi Adam. Keturunannya, lanjut ayat itu, diciptakan dari sari pati air
yang aktif, yang kemudian disempurnakan, lalu ditiupi ruh-Nya, dan diberi
pendengaran, penglihatan, dan sanubari. Informasi dalam ayat ini menyangkut
hubungan dan sekaligus perbedaan cara penciptaan Adam dan keturunannya.
Lalu perhatikan pulalah perbedaan penggunaan kata turab
dan tin. Ayat pertama yang berisi kata turab, sebagaimana sudah
dijelaskan, adalah Ali `Imran/ 3:59 yang membahas Adam. Sedangkan ayat
pertama yang berisi kata tin adalah al-An`am/ 6:2 yang
menguraikan Adam dan manusia sebagai anak cucuknya. Di sini, terlihat jelas
adanya kesinambungan. Kesinambungan ini diperjelas lagi oleh kenyataan bahwa turab
berarti tanah dan tin berarti tanah yang sudah dicampur air. Hal ini
berarti bahwa tin merupakan proses lanjutan dari turab. Dari tin
itulah penciptaan kemudian berdabang dua. Dari tin itu dibuat tin
lazib (al-Shaffat/ 37:11) yang merupakan proses lanjutan proses dari
penciptaan Adam. Dan dari tin itu pula diciptakan nuthfah (QS. al-Mu`minun/
23:12-14). Demikianlah kelanjutan proses penciptaan manusia. Turab menjadi tin
karena adanya air, dan tin tidak akan menjadi tin lazib tanpa air
itu. Begitu juga tin tidak akan jadi nuthfah tanpa air. Tin
mengandung makanan yang aktif karena danya air yang mula-mula dihisap oleh
tumbuh-tumbuhan, lalu dimakan manusia (atau hewan yang kemudian juga dimakan
manusia), menjadi darah, dan seterusnya menjadi sperma/ ovum. Telah ditegaskan
: Kami ciptakan dari air segala yang hidup. (QS. al-Anbiya`/21:30)
`Kata lain yang disebut al-Qur`an dalam menerangkan
peciptaan manusia adalah salsal. Salsal adalah benda kering berongga yang
dibuat dari tanah, sehingga mengeluarkan bunyi bila ditiup atau diayunkan.
Benda itu, kata al-Qur`an, dibuat dari hama`, yaitu tanah hitam yang
sedikit berbau. Tanah itu dibentuk (masnun) menjadi salsal
tersebut. Jadi Adam dibentuk dari hama` tersebut.
Mengenai penciptaan manusia sebagai anak cucu Adam ditemukan
informasinya di dalam surat al-Sajadah/ 32:8, bahwa ia diciptakan dari ma`
mahin. Kata itu sering diterjemahkan menjadi sesuatu yang hina. Di dalam
bahasa Arab, bila akar kata itu adalah hana`, berarti merupakan obyek (ism
maf`ul), yang memang dapat berarti hina tersebut. Tetapi, kata itu dapat
pula diakarkan kepada kata mahana yang berbentuk sifhah mubalaghah
yang berarti “amat tahan uji”. Dengan demikian, agaknya lebih tepat bahwa ma`
mahin itu artinya air yang tahan uji. Yang dimaksud tentulah sperma,
mengingat sperma memang tahan uji. Bagaimana sperma berjuang untuk mencapai
ovum, sehingga menjadi pemenang yang dapat membuahi ovum itu hanya satu, karena
begitu terbuahi, ovum itu langsung mengeras.
Bahwa maksud ayat di atas adalah sperma telah dipertegas
oleh surat al-Qiyamah/ 75:37. di dalam ayat itu diinformasikan bahwa
manusia bersal dari zigot yang erbentuk dari mani. Ayat itu, dengan demikian,
mempertegas penjelasan ayat di atas. Proses penciptaan manusia dari sperma,
mula-mula mani atau sperma itu, demikian firman Allah, ditumpahkan atau
dipancarkan ke dalam rahim (yumna). Kata yumna, dalam bahasa Arab,
berarti ditakdirkan dan disaring. Maksudnya adalah bahwa air itu sudah disaring
dan diolah begitu rupa sehingga dapat difungsikan untuk menjalankan tugasnya.
Tahap kejadian manusia selanjutnya, sebagaimana
diinformasikan surat al-Mu`minun/ 23:12-14 yang sudah diterangkan di
atas, adalah menjadi nuthfah, yaitu zigot sebagai hasil pembuahan.
Kemudian menjadi `alaqah, yang secara harfiah berarti yang melekat.
Menurut ilmu embriologi, setelah menempuh masa sekitar dua puluh tiga hari,
zigot kemudian menempel pada dinding rahim (Encyclopaedia Britanica, 7:326).
Tampaknya belum ada nama khusus untuk benda ini dalam ilmu embriologi,
sementara al-Qur`an telah menamainya sebagai `alaqah.
Berikutnya, `alaqah tersebut berubah menjadi mudghah,
yang secara harfiah berarti daging sebesar yang biasa dikunya. Benda itu, dalam
embriologi, disebut embrio, yang terbentuk setelah enam minggu pembuahan. Lalu
embrio tersebut menjadi tulang yang dibungkus daging, yang dalam ilmu
embriologi disebut fetus, dan terjadi setelah tiga bulan pembuahan. Itulah yang
dimaksud dengan janin, yang kemudian ditiupi roh dan menjadi makhluk bernyawa.
Hal ini selaras dengan firman Allah : Kemudian Kami jadikan makhluk lain.
Ensiklopedi Indonesia menyebutkan bahwa janin itu terjamahan dari embrio/ mudghah.
Dalam bahasa Arab, yang dimaksud janin adalah yang sudah berbentuk anak (al-Munjid).
Dalam surat as-Sajadah/ 32:9 disebutkan bahwa makhluk seperti itu sudah
lengkap dan sudah diberi nyawa. Makhluk seperti itulah yang lebih tepat diberi
nama janin tersebut.
Demikianlah urutan proses penciptaan manusia sebagai
kelanjutan dari penciptaan Adam. Setelah Adam tercipta, anak cucunya diciptakan
dari air yang amat aktif (ma` mahin) seperti keterangan surat al-Sajadah/
32:8). Ia berupa mani dan sel telur yang sudah diolah begitu rupa (maniy
yumna) sebagaimana diterangkan surat al-Qiyamah/ 75:37). Mani dan
sel telur itu juga bersal dari tanah basah (tin), yang disebut surat al-An`am/
6:2. Karena, makanan manusia yang menghasilkan darah, dan darah yang
menghasilkan mani dan sel telur itu berasal dari tanah. Kemudian, mani yang
bertemu dengan sel telur menjadi zigot (nuthfah), seterusnya menjadi
zigot yang melekat di dinding rahim (`alaqah), embrio (muthghah),
daging yang sudah bertulang (fetus), dan akhirnya menjadi janin, yaitu
makhluk yang sudah lengkap dan bernyawa (QS. al-Mu`minun/ 23:12-14, yang
diulang-ulang dalam banyak ayat lain.)
B.
Hadist
Tentang Penciptaan Manusia
حد يث
ءَ بْدِ اللهِ يْنِ مَسْعُودِز قَالَ : حَدَّ ثَنَا رَسُو لُ اللهِ صلى الله عليه
وسليم, وَهْوَ الصَّادِ قُ الْمَصْدُ وقُ, قَالَ: أِ نَّ أَحْدَ كُمْ يُحْمَعُ
خَلْقُهُ فِى بَطْنِ أُمِّ أَمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْ مَا. ثُمَّ يَكُو نُ
عَلَقَةُ مِثْلَ ذَلِكَ. ثُمَّ يَكُو ن مُضْغَةً مِثْلَ ذ لِكَ. ثُمَّ
يَبْعَثُ اللهُ مَلَكُا فَيُؤْ مَرُ بِأَ رْ بَعِ كُلِمَا تِ, وَيُقَالُ لَهُ:
اكْتُبْ عَمَلَهُ وَرِزْقَهُ وَأَجَلَهُ وَشَقِّ أَوْ سَعِيدٌ. ثُمَّ يُنْفَخُ
فِيهِ الرُّوحُ فَأِ نَّ الرَّ جُلَ مِنْكُمْ لَيَعْمَلُُ حَتَّى مَا يَكُو نُ
يَنْنَهُ وَ بَيْنَ اَلجنَّةِ أِلاَّذِرَاعٌ, فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ كِتَا بُهُ,
فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ. وَيَعْمَلُ حَتَّى مَا يَكُونُ يًنْهُ
وَبَيْنَ النَّا رِ أِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ, فَيَعْمَلُ
بِعَمَلِ أَهْلِ اَلجْنَّةِ
Artinya
:
Abdullah bin Mas’uud r.a berakta.
Rasulullah SAW yang benar dan harus dibenarkan telah menerangkan kepada kami:
sesungguhnya seseorang terkumpul kejadiannya dalam perut ibunya empat puluh
haru beruma mani, kemudian berupa sekepal darah darah selama itu juga, kemudian
berubah berupa sekepal daging selama itu juga, kemudian Allah mengutus Malaikat
yang diperintah mencatata empat kalimat dan diperintah : Tulislah amalan,
rizqinya, ajalnya dan nasib baiknya atau sial (celaka), kemudian ditiup ruh
kepadanya. Maka sesungguhnya adakalanya seorang dari kamu melakukan amala ahli
sorga sehingga antaranya dengan sorga hanya sehasta, tetapi ada ketentuan dalam
surat pertama, tiba-tiba melakukan amal ahli neraka, dan adalanya seorang
berbuat amal ahli neraka sehingga antaranya dengan neraka hanya sehasta,
tiba-tiba dalam ketentuan suratannya ia berubah mengerjakan amal ahli sorga
(Bukhari, Muslim)
Allah memberi tahu kepada makhluk yang telah tercipta lebih
terdahulu, terutama para malaikat, bahwa Dia akan menciptakan khalifah
(penguasa atau Petugas) di muka bumi. Yang dimaksud dengan khalifah adalah
makhluk manusia dan yang pertamanya diberi nama Adam. Al-Quran telah
menyatakan bahwa Allah telah menciptakan seorang yang bernama Adam, yang
merupakan asal jenis manusia. Dan bahwa jenis manusia itu diciptakan dari tanah
kemudian ditiupkan rohnya maka jadilah wujud manusia. Di samping itu penciptaan
manusia pertama tidak melalui proses dari kecil atau bayi kemudian membesar
yang memakan waktu dari hari ke hari bahkan dari bulan ke bulan atau tahun ke
tahun akan tetapi, ia tercipta secara “instan” langsung dalam bentuk besarnya
yang sempurna seperti yang ada. Dalam al-Quran juga dijelaskan bahwa
generasi manusia berikutnya setelah Adam tidak lagi diciptakan dari tanah.
Tetapi terbentuk dari sperma yang sekalipun bila ditelusuri ia berasal dari
tanah juga.[1] Sebagaimana difirmankan dalam al-Quran surat As-Sadjah ayat
7-9:
Artinya:
Yang membuat segala sesuatu yang Dia
ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina. Kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan
bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur.[2]
1. Penciptaan
manusia
Manusia setelah Adam diciptakan melalui beberapa fase
penahapan, fertilisasi atau pembuahan adalah peleburan antara inti sel telur
dengan inti sel sperma. Dari ratusan juta sperma hanya satu yang berhasil
membuahi sel telur. Fertilisasi berlangsung di saluran telur, saat
fertilisasi kepala sperma menembus dinding sel telur sedangkan ekornya
tertinggal di luar. Selanjutnya inti telur dan inti sperma bersatu setelah
bersatu ovum menjadi zygote.
Tahap-tahap perkembangan embrio menjadi janin dan menjadi bayi yang siap
dilahirkan adalah sebagai berikut. Perkembangan janin dibagi dalam tiga
tahapan besar. Pertama adalah perkembangan pada triwulan I, mulai dari zygote
terbentuk sampai janin berusia tiga bulan; perkembangan terpusat pada
perkembangan fungsi-fungsi organ, seperti otak, jantung, paru-paru. Pada
triwulan II (bulan empat, lima dan enam) pertumbuhan terpusat pada anggota
tubuh yaitu kaki, tangan, jari-jari, pada triwulan III, dapat dikatakan bahwa
pembentukan sebagian organ telah lengkap.[3] dari sperma hingga menjadi
bentuk janin memakan waktu selama 120 hari yakni sebagai berikut:
a. Tahap pertama, dalam bentuk sperma
yang meresap dalam tubuh perempuan atau kandungan ibu. Melalui proses selama
empat puluh hari (masa ngidam);
b. Tahap kedua, adalah dalam bentuk ‘alaqah yakni pembekuan atau
penggumpalan darah dan menempel di dinding rahim, melalui proses selama empat
puluh hari;
c. Tahap ketiga, adalah dalam bentuk mudhgah (embrio) yang melalui proses
selama empat puluh hari, sehingga semua proses tersebut berjumlah 120
hari atau empat bulan; dan kemudian;
d. Tahap keempat; adalah adanya roh
atau jiwa pada janin dan jadilah manusia.
Dengan demikian manusia setelah Adam dan Hawa, tidak lagi
tercipta dari tanah secara instan langsung menjadi manusia dewasa. Akan tetapi
ia tercipta dari sperma dan melalui proses dalam rahim di perut seorang ibu.
Kemudian manusia terlahir ke dunia dan menuju kematangan yang memakan waktu
cukup lama. Bahkan makhluk hewan lebih cepat matang dari manusia. Berbeda
dengan hewan, untuk bisa bicara dan makan serta berbicara, manusia memerlukan waktu
yang relatif tidak sedikit
C. Proses terjadinya manusia secara
ilmiah bersumber dari Al-Qur’an
Sungguh
Luar biasanya Al-Qur’an dalam penerapannya di kehidupan manusia, yang secara
gamblang terdapat semua macam ilmu dunia dan akhirat.Disini saya posting
artikel yang sedikit memberikan wawasan kepada netter
Di kitab
Al Qur’an ada menyebutkan bahwa asal kejadian manusia terdiri dari 7 (tujuh)
macam kejadian. Agar diketahui inilah susunan ayat tentang proses kejadian
manusia:
- Di surat Ar Rahman ayat 14: “Dia (Allah) menjadikan manusia seperti tembikar, (tanah yang dibakar)”. Yang dimaksudkan dengan kata “Shal-shal” di ayat ini ialah : Tanah kering atau setengah kering yakni “Zat pembakar” atau Oksigen.
- Di ayat itu disebutkan juga kata “Fakhkhar”, yang maksudnya ialah “Zat Arang” atau Carbonium.
- Di surat Al Hijr, ayat 28: “dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat; sesungguhnya Aku (Allah) hendak menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah kering dan lumpur hitam yang berbentuk (berupa)” . Di ayat ini. Tersebut juga “shal-shal”, telah saya terangkan, sedangkan kata “Hamaa-in” di ayat tersebut ialah “Zat Lemas” atau Nitrogenium.
- Di surat As Sajadah ayat 7: “Dan (Allah) membuat manusia berasal dari pada “tanah”". Yang dimaksud dengan kata “thien” (tanah) di ayat ini ialah “Atom zat air” atau Hidrogenium.
- Di Surat Ash Shaffaat ayat 11: “Sesungguhnya Aku (Allah) menjadikan manusia dari pada Tanah Liat”. Yang dimaksud dengan kata “lazib” (tanah liat) di ayat ini ialah “Zat besi” atau ferrum.
- Di Surat Ali Imran ayat 59: ” Dia (Allah) menjadikan Adam daripada tanah kemudian Allah berfirman kepadanya “jadilah engkau, lalu berbentuk manusia”. Yang dimaksud dengan kata “turab” (tanah) di ayat ini ialah: “Unsur-unsur zat asli yang terdapat di dalam tanah” yang dinamai “zat-zat anorganis”.
- Di surat Al Hijr ayat 28: “Maka setelah Aku (Allah) sempurnakan (bentuknya), lalu Kutiupkan ruh-Ku kepadanya (Ruh daripada-Ku)”
Ketujuh
ayat Al Qur’an diatas Allah S.W.T telah menunjukkan tentang proses kejadiannya
Nabi Adam sehingga berbentuk manusia, lalu ditiupkan ruh kepadanya sehingga
manusia bernyawa (bertubuh jasmani dan rohani).
Sebagaimana
disebutkan pada ayat yang keenam tentang kata “turab” (tanah) ialah zat-zat
asli yang terdapat didalam tanah yang dinamai zat anorganis. Zat Anorganis ini
baru terjadi setelah melalui proses persenyawaan antara “Fakhkhar” yakni
Carbonium (zat arang) dengan “shal-shal” yakni Oksigenium (zat pembakar) dan
“hamaa-in” yaitu Nitrogenium (zat lemas) dan Thien yakni Hidrogenium (Zat air).
Jelasnya
adalah persenyawaan antara:
Fachchar
(Carbonium = zat arang) dalam surat Ar Rahman ayat 14.
Shalshal
(Oksigenium = zat pembakar) juga dalam surat Ar Rahman ayat 14.
Hamaa-in
(Nitrogenium = zat lemas) dalam surat Al Hijr ayat 28
Thien
(Hidrogenium = Zat Air) dalam surat As Sajadah, ayat 7.
Kemudian
bersenyawa dengan zat besi (Ferrum), Yodium, Kalium, Silcum dan mangaan,
yang disebut “laazib” (zat-zat anorganis) dalam surat As Shafaat ayat 11. Dalam
proses persenyawaan tersebut, lalu terbentuklah zat yang dinamai protein.
Inilah yang disebut “Turab” (zat-zat anorganis) dalam surat Ali Imran ayat 59.
Salah satu diantara zat-zat anorganis yang terpandang penting ialah “Zat
Kalium”, yang banyak terdapat dalam jaringan tubuh, teristimewa di dalam
otot-otot. Zat Kalium ini dipandang terpenting oleh karena mempunyai aktivitas
dalam proses hayati, yakni dalam pembentukan badan halus. Dengan berlangsungnya
“Proteinisasi”, menjelmakan “proses penggantian” yang disebut “Substitusi”.
Setelah selesai mengalami substitusi, lalu menggempurlah electron-electron
cosmic yang mewujudkan sebab pembentukan (Formasi), dinamai juga “sebab ujud”
atau Causa Formatis.
Adapun
Sinar Cosmic itu ialah suatu sinar mempunyai kemampuan untuk merubah
sifat-sifat zat yang berasal dari tanah. Maka dengan mudah sinar cosmic dapat
mewujudkan pembentukan tubuh manusia (Adam) berupa badan kasar (jasmaniah),
yang terdiri dari badan, kepala, tangan, mata, hidung telinga dan seterusnya. Sampai
disinilah ilmu pengetahuan exact dapat menganalisa tentang pembentukan tubuh
kasar (jasmaniah, jasmani manusia/Adam). Sedangkan tentang rohani (abstract
wetenschap) tentu dibutuhkan ilmu pengetahuan yang serba rohaniah pula, yang
sangat erat hubungannya dengan ilmu Metafisika.
Ibnu Katsir menjelaskan dalam Tafsir
Ibnu Katsir :
يقول تعالى مخبراً عن ابتداء خلق الإنسان من سلالة من طين, وهو آدم عليه السلام خلقه الله من صلصال من حمإمسنون.
وقال مجاهد: من سلالة أي من مني آدم.
وقال الإمام أحمد: حدثنا يحيى بن سعيد, حدثنا أسامة بن زهير عن أبي موسى عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «إنَّ اللهَ خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيْعِ الْأَرْضِ, فَجَاءَ بَنُوْ آدَمَ عَلَى قَدْرِ الْأَرْضِ, جَاءَ مِنْهُمُ الْأَحْمَرُ وَالْأَبْيَضُ وَالْأَسْوَدُ وَبَيْنَ ذَلِكَ, وَالسَّهْلُ وَالْحَزْنُ وَالْخَبِيْثُ وَالطَّيِّبُ وَبَيْنَ ذَلِكَ» وقد رواه أبو داود والترمذي من طرق عن عوف الأعرابي به نحوه. وقال الترمذي: حسن صحيح
Allah Ta’ala berfirman seraya memberitahukan mengenai permulaan penciptaan manusia dari saripati (berasal) dari tanah, yaitu Adam Alaihissalam. Allah Ta’ala telah menciptakannya dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Mujahid mengatakan bahwa, (مِن سُلاَلَةٍ ) berarti dari mani anak cucu Adam.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Musa, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,
يقول تعالى مخبراً عن ابتداء خلق الإنسان من سلالة من طين, وهو آدم عليه السلام خلقه الله من صلصال من حمإمسنون.
وقال مجاهد: من سلالة أي من مني آدم.
وقال الإمام أحمد: حدثنا يحيى بن سعيد, حدثنا أسامة بن زهير عن أبي موسى عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «إنَّ اللهَ خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيْعِ الْأَرْضِ, فَجَاءَ بَنُوْ آدَمَ عَلَى قَدْرِ الْأَرْضِ, جَاءَ مِنْهُمُ الْأَحْمَرُ وَالْأَبْيَضُ وَالْأَسْوَدُ وَبَيْنَ ذَلِكَ, وَالسَّهْلُ وَالْحَزْنُ وَالْخَبِيْثُ وَالطَّيِّبُ وَبَيْنَ ذَلِكَ» وقد رواه أبو داود والترمذي من طرق عن عوف الأعرابي به نحوه. وقال الترمذي: حسن صحيح
Allah Ta’ala berfirman seraya memberitahukan mengenai permulaan penciptaan manusia dari saripati (berasal) dari tanah, yaitu Adam Alaihissalam. Allah Ta’ala telah menciptakannya dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Mujahid mengatakan bahwa, (مِن سُلاَلَةٍ ) berarti dari mani anak cucu Adam.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Musa, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,
إنَّ اللهَ خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيْعِ الْأَرْضِ, فَجَاءَ بَنُوْ آدَمَ عَلَى قَدْرِ الْأَرْضِ, جَاءَ مِنْهُمُ الْأَحْمَرُ وَالْأَبْيَضُ وَالْأَسْوَدُ وَبَيْنَ ذَلِكَ, وَالسَّهْلُ وَالْحَزْنُ وَالْخَبِيْثُ وَالطَّيِّبُ وَبَيْنَ ذَلِكَ
“Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari satu genggaman tanah yang digenggam-Nya dari seluruh permukaan bumi. Kemudian anak-anak Adam datang sesuai dengan kadar warna tanah. Diantara mereka ada merah, putih, hitam, dan perpaduan antara warna-warna tersebut. Ada yang lembut dan ada yang kasar (keras), ada yang jahat dan ada juga yang baik, atau di antara keduanya”
Hadits tersebut telah diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi. At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits tersebut hasan shahih.
{ثم جعلناه نطفة} هذا الضمير عائد على جنس الإنسان كما قال في الاَية الأخرى: {وبدأ خلق الإنسان من طين ثم جعل نسله من سلالة من ماء مهين} أي ضعيف,
وتنقل من حال إلى حال وصفة إلى صفة, ولهذا قال ههنا:
{ثم خلقنا النطقة علقة} أي ثم صيرنا النطفة, وهي الماء الدافق الذي يخرج من صلب الرجل وهو ظهره, وترائب المرأة وهي عظام صدرها ما بين الترقوة إلى السرة, فصارت علقة حمراء على شكل العلقة مستطيلة, قال عكرمة: وهي دم
(ثُمّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً ), “Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani”. Dhamir (kata ganti) di sini kembali kepada jenis manusia, sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala dalam ayat lain :
(وَبَدَأَ خَلْقَ الإِنْسَانِ مِن طِينٍ ثُمّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِن سُلاَلَةٍ مّن مّآءٍ مّهِينٍ ), ”..... dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).” (QS. As-Sajdah : 7-). Maksudnya, lemah dan berpindah dari satu keadaan menuju keadaan yang lain dan dari satu sifat ke sifat yang lain. Oleh karena itu, di sini Allah Ta’ala berfirman :
(ثُمّ خَلَقْنَا النّطْفَةَ عَلَقَةً ) “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah”. Artinya, kemudian kami jadikan nuthfah, yaitu air yang memancar yang keluar dari tulang rusuk yang berada di tulang punggung laki-laki dan tulang dada wanita, yang berada diantara tulang selangka dan pusar, sehingga menjadi segumpal darah merah yang memanjang.
Ikrimah mengatakan, “Yaitu darah”.
{فخلقنا العلقة مضغة} وهي قطعة كالبضعة من اللحم لا شكل فيها ولا تخطيط {فخلقنا المضغة عظاماً} يعني شكلناها ذات رأس ويدين ورجلين بعظامها وعصبها وعروقها.
وفي الصحيح من حديث أبي الزناد عن الأعرج عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « كُلُّ جَسَدِ ابْنِ آدَمَ يَبْلَى وَيَأْكُلُهُ التُّرَابُ إِلَّا عَجْبُ الذَّنْبِ مِنْهُ خُلِقَ وَفِيْهُ يُرَكِّبُ »
(فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً ) “lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging“ yaitu segumpal daging yang tidak mempunyai benruk tertentu dan tidak bergaris-garis, (فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَاماً ) “dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang“ maksudnya, Kami (Allah) berikan bentuk yang memiliki kepala, dua tangan, dua kaki, dan tulang-tulangnya, urat dan otot-ototnya.
Dalam hadits shahih dari Abu Zinad, dari al-A’raj, dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
كُلُّ جَسَدِ ابْنِ آدَمَ يَبْلَى وَيَأْكُلُهُ التُّرَابُ إِلَّا عَجْبُ الذَّنْبِ مِنْهُ خُلِقَ وَفِيْهُ يُرَكِّبُ
“Setiap anggota tubuh anak Adam akan binasa dimakan tanah, kecuali tulang ekornya, darinya(lah) dia diciptakan dan padanya disusun.” (HR. Ahmad).
{فكسونا العظام لحماً} أي وجعلنا على ذلك ما يستره ويشده ويقويه{ثم أنشأناه خلقاً آخر} أي ثم نفخنا فيه الروح فتحرك وصار خلقاً آخر ذا سمع وبصر وإدراك وحركة واضطراب
{فتبارك الله أحسن الخالقين}.
وقال العوفي عن ابن عباس {ثم أنشأناه خلقاً آخر} يعني ننقله من حال إلى حال إلى أن خرج طفلاً ثم نشأ صغيراً, ثم احتلم ثم صار شاباً, ثم كهلاً ثم شيخاً ثم هرماً. وعن قتادة والضحاك نحو ذلك, ولا منافاة فإنه من ابتداء نفخ الروح فيه شرع في هذه التنقلات والأحوال, والله أعلم.
(فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْماً ) “lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging“ Maksudnya, kami jadikan daging yang dapat menutupi, mengokohkan, dan menguatkan, (ثُمّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً آخَرَ ) “Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain“ Yakni, kemudian kami tiupkan ruh ke dalamnya, sehingga diapun bergerak dam ,emjadi makhluk lain yang mempunyai pendengaran, penglihatan, pengetahuan, gerakan, dan goncangan.
(فَتَبَارَكَ اللّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ ) “Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik“.
Al-‘Aufi menceritakan dari Ibnu Abbas : (ثُمّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً آخَرَ ) “Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain“ Yakni, kami pindahkan dari satu keadaan ke keadaan yang lain sehingga lahir sebagai seorang anak. Setelah itu tumbuh sebagai anak kecil, lalu ia mengalami masa puber dam tumbuh menjadi remaja, selanjutnya tumbuh dewasa, kemudian menjadi tua, hingga akhirnya menjadi tua renta. Hal serupa juga diriwayatkan dari Qatadah dan Adh-Dhahhak, dan tidak ada pertentangan pendapat, dimana dari permulaan peniupan ruh ke dalamnya ditetapkan berbagai proses dan keadaan. Wallahu a’lam.
[Tafsir Ibnu Katsir ‘Surat Al-Mukminun’, hal. 6-8].
Proses
Penciptaan Manusia juga dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dalam
hadits berikut :
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا [رواه البخاري ومسلم]
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا [رواه البخاري ومسلم]
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan : Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga.
(Riwayat Bukhori dan Muslim).
Firman Allah Ta’ala : (فَتَبَارَكَ اللّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ ) “Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik“. Yakni, ketika Dia menyebutkan kekuasaan dan kelembutan-Nya dalam penciptaan nuthfah ini dari satu keadaan menjadi keadaan yang lain (proses), dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya, sehingga menjadi satu bentuk, yaitu manusia yang mempunyai ciptaan normal lagi sempurna. Dia berfirman : (فَتَبَارَكَ اللّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ ) “Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik“. Wallahu a’lam.
[Tafsir Ibnu Katsir ‘Surat Al-Mukminun’, hal. 6-8]
BAB III
KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan
1.
Ayat pertama dalam urutan surat-surat
al-Qur`an tentang penciptaan manusia dari tanah terdapat dari dalam surat Ali
`Imran/ 3:59.
2.
Dalam
surat al-Mu`minun/ 23: 12-14, dinyatakan bahwa manusia diciptakan dari
sari pati (extract) tanah basah, yaitu sperma dan ovum, lalu menjadi zigot yang
ditempatkan di tempat yang kokoh.
3.
Surat
al-Qiyamah/ 75:37, diinformasikan bahwa manusia berasal dari zigot yang
terbentuk dari mani.
Al-Quran telah menyatakan
bahwa Allah telah menciptakan seorang yang bernama Adam, yang merupakan asal
jenis manusia. . Di samping itu penciptaan manusia pertama tidak melalui
proses dari kecil atau bayi kemudian membesar yang memakan waktu dari hari ke
hari bahkan dari bulan ke bulan atau tahun ke tahun akan tetapi, ia tercipta
secara “instan” langsung dalam bentuk besarnya yang sempurna seperti yang
ada. Dalam al-Quran juga dijelaskan bahwa generasi manusia berikutnya setelah
Adam tidak lagi diciptakan dari tanah. Manusia setelah Adam diciptakan melalui
beberapa fase penahapan, fertilisasi atau pembuahan adalah peleburan antara
inti sel telur dengan inti sel sperma. Perkembangan janin dibagi dalam tiga
tahapan besar. Pertama adalah perkembangan pada triwulan I, mulai dari zygote
terbentuk sampai janin berusia tiga bulan; perkembangan terpusat pada
perkembangan fungsi-fungsi organ, seperti otak, jantung, paru-paru. Pada
triwulan II (bulan empat, lima dan enam) pertumbuhan terpusat pada anggota
tubuh yaitu kaki, tangan, jari-jari, pada triwulan III
B.
Saran-saran
Kami menyadari
akan kekurangan dalam makalah ini, maka pembaca dapat menggali kembali
sumber-sumber lainnya, untuk menyempurnakannya. Jadi kami harapkan kritik yang
membangun dari anda sekalian, untuk kami lebih bisa baik dan sempurna lagi
dalam pembuatan makalah ini selanjutnya
Perlunya
bagi kita umat Islam untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai ayat-ayat
al-Qur`an. Karena al-Qur`an sebagai pegangan hidup dan di dalamnya telah
tertera dengan jelas mengenai segala sesuatunya.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan terjemahnya
Abdul Latif Faqih, Rahasia
Segitiga Allah-Manusia-Setan, Jakarta Selatan, Hikmah (PT Mizan Publika),
2008
Istamar Syamsuri, Biologi Untuk SMA Kelas XI, Malang,
Erlangga, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar